Sabtu, 12 Agustus 2017

Anemia Defisiensi Zat Besi

   Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Di Indonesia, anemia gizi masih merupakan salah satu masalah gizi yang utama, di samping tiga masalah gizi lainnya,  yaitu kurang kalori protein, defisiensi vitamin A, dan gondok endemik. Dampak kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat diamati dari besarnya angka kesakitan dan kematian maternal, peningkatan angka kesakitan dan kematian janin, serta peningkatan risiko terjadinya berat badan lahir rendah. Penyebab utama kematian maternal, antara lain pendarahan pascapartum (di samping eklampsia, dan penyakit infeksi) dan plasenta previa yang semuanya bersumber pada anemia defisiensi.
   Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam folat, dan/atau vitamin B12; semuanya berakar pada asupan yang tidak adekuat, ketersediaan hayati rendah (buruk), dan kecacingan yang masih tinggi. Dari ketiga penyebab tersebut, defisiensi vitamin B12 (anemia pernisiosa) merupakan penyebab yang paling jarang terjadi selama kehamilan. jenis anemia lain yang juga kerap terjadi selama kehamilan adalah anemia aplastik dan anemia hemolitik yang diimbas oleh obat. Namun yang akan dibahas dalam tulisan ini hanya anemia akibat defisiensi zat besi

   secara umum, ada tiga penyebab anemia defisiensi zat besi, yaitu :
  1. kehilangan darah secara kronis sebagai dampak pendarahan kronis, seperti pada penyakit ulkus peptikum, hemoroid, infestasi parasit, dan proses keganasan.
  2. asupan zat besi tidak cukup dan penyerapan tidak adekuat.
  3. peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan sel darah merah yang lazim berlangsung pada masa pertumbuhan bayi, masa pubertas, masa kehamilan, dan menyusui.
   sejauh ini ada empat pendekatan dasar pencegahan anemia defisiensi zat besi. keempat pendekatan tersebut adalah :
  1. pemberian tablet atau suntikan zat besi
  2. pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan zat besi melalui makanan
  3. pengawasan penyakit infeksi
  4. fortifikasi makanan pokok dengan zat besi